
Jakarta, kpu.go.id- Mengingat pentingnya partisipasi pemilih dalam penyelenggaraan pemilu, maka Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyelenggarakan workshop partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 di Four Seasons Hotel, Jl. Rasuna Said, Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Turut hadir para penyelenggara pemilu dari India dan Australia, ini dalam rangka berbagi pengalaman dalam meningkatkan partisipasi pemilih.
Selain mereka, Perludem juga mengundang aktor kunci yang bisa berperan besar dalam meningkatkan partisipasi pemilih di Indonesia. Mulai dari KPU, KPU Provinsi dan KPU Kab/Kota, akademisi, media, pemantau pemilu, dan aktivis media sosial.
Workshop ini dibagi dalam tiga tema penting yang terkait dengan persoalan partisipasi pemilih di dalam pemilu, yaitu upaya peningkatan partisipasi pemilih merupakan kerja bersama dari seluruh stakeholders, sinergitas antar kelompok dan komunitas yang konsen terhadap isu pemilu harus digagas di dalam peningkatan partisipasi pemilih dan peningkatan partisipasi pemilih harus direncanakan sedemikian rupa dan menjadi program yang disiapkan secara matang oleh penyelenggara pemilu bersama dengan elemen yang terkait di dalam pemilihan umum.
Ketua KPU Husni Kamil Manik dalam sambutannya mengatakan pada prinsipnya KPU bekerja untuk memotivasi masyarakat menggunakan hak pilihnya, jadi posisinya persuasif bukan mengacam-ancam.
Di dalam peraturan KPU sudah jelas, bahwa partisipasi masyarakat itu menunjuk kepada keterlibatan orang per orang atau kelompok masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu.
“Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 diatur beberapa hal yang dinamakan partisipasi masyarakat, ada kegiatan sosiolisasi, ada pemantauan, ada survei dan ada kegiatan quickcount, itu klasifikasi kegiatannya,” ujar Husni.
Ketua KPU melanjutkan, sekarang banyak pengamat mempredisikan partisipasi tahun 2014 akan menurun merujuk kepada fenomena partisipasi pemilukada di seluruh Indonesia, yang tingkat partisipasinya itu kisaran rata-rata lima puluh sampai enampuluh persen, walaupun ada yang sampai sampai tiga puluh delapan persen, ada juga yang partisipasinya sampai delapan puluh lima persen. Tapi rata di lima puluh sampai enam puluh persen.
Terakhir yang dipublikasi oleh Lembaga Survei Indonesia, responden yang ingin memilih itu dipersentase angkanya mencapai sembilan puluh persen, sembilan persen masih ragu iya atau tidak, satu persen menyatakan menolak.
“Yang terpenting bagi KPU adalah bagaimana penyelenggara pemilu berkonsentrasi, berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk sama-sama menggarap dan turut serta, ikut terlibat dalam penyebaran informasi,” tegas Husni.
Oleh karena itu KPU membuat dua strategi, di dalam sosialisasi strategi pertama sosialisasi dilakukan secara langsung antara penyelenggara pemilu dengan masyarakat, dan yang kedua strategi tidak langsung, dimana akan banyak dilakukan jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara.
Strategi ini akan dilakukan oleh media massa dan media terbatas, ini strategi tidak langsung ungkap Husni.
Ketua KPU berharap agar seluruh pemangku kepentingan dapat berkontribusi atas apa yang sekarang kita capai secara bersama-sama, dimana kondisi perpolitikan kita relatif lebih positif. (dosen)