
Mataram, kpu.go.id- Tingkat partisipasi sering dilihat sebagai variabel untuk mengukur keberhasilan penyelenggaraan pemilu (dan pilkada). Pada sisi lain, sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara (KPU) kerap dituding sebagai penyebab rendahnya tingkat partisipasi. Padahal, terdapat banyak variabel yang memengaruhi partisipasi. Karena itu, strategi peningkatan partisipasi harus dibuat menjadi program yang terukur.
Hal itu disampaikann anggota KPU, Sigit Pamungkas, pada hari kedua bimtek terpadu gelombang III di Kota Mataram, NTB, Selasa (28/4).
“Partisipasi itu multi wajah yang seringkali digunakan untuk mengukur kesuksesan pemilu. Jika disurvei, tujuh dari sepuluh orang pasti akan mengatakan hal itu. Sosialisasi dan partisipasi bukan hal yang mudah, ada banyak variabel yang memengaruhi. Karenanya, angka partisipasi harus diletakkan di atas ambang psikologis. Program partisipasi, termasuk sosialisasi harus disusun secara terukur,” tutur Sigit.
Program peningkatan partisipasi dan sosialisasi yang terukur itu, kata Sigit, juga akan memudahkan KPU dalam merancang alokasi anggaran.
“Kalau sudah dapat disusun secara terukur, itu memudahkan dalam merancang anggaran, juga bisa meng-counter stigma para pihak yang mengatakan KPU kurang maksimal dalam sosialisasi. Kita tinggal sampaikan, ini program dan target sosialisasi KPU, dan itu sudah dilakukan,” imbuh anggota KPU RI termuda itu.
Untuk mendorong partisipasi, lanjut Sigit, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota diberikan ruang untuk melakukan inovasi sesuai dengan muatan lokal dan target sasarannya seluruh segmen masyarakat, peserta pemilu dan pemerintah.
“KPU dalam program partisipasi dan sosialisasi harus kreatif dan inovatif. Metode dan media sosialisasi bisa dimodifikasi sesuai dengan budaya lokal. Intinya, semua boleh dilakukan, kecuali yang dilarang,”ujarnya.
Pendekatan kepada setiap segmen juga harus spesifik. Segmen pemilih pemula, misalnya, harus dengan pendekatan hobi.
“Segmen pemula adalah segmen yang strategis. Pendekatannya melalui hobi masing-masing komunitas. Strateginya, menggunakan isu bahwa memilih itu sesuatu yang menyenangkan. Ada banyak strategi yang bisa dilakukan kepada segmen lainnya. Saya berharap kepada teman-teman KPU dan Bawaslu untuk sama-sama berikhtiar meningkatkan partisipasi,”pungkas Sigit. (dd/wwn/dosen. FOTO KPU/dosen/hupmas)