
Jakarta kpu.go.id- Sigit Pamungkas, Komisioner KPU RI Divisi Pendidikan Pemilih mempertanyakan moralitas pemilih apabila memutuskan untuk Golput (tidak menggunakan hak pilih) dalam pemilu. Pertanyaan tersebut diajukan dalam kesempatan menjadi pembicara dalam Diskusi Panel: Dilema Idealisme Mahasiswa, Antara Memilih atau Golput, Kamis (29/10) di Ruang Seminar Kampus Universitas Jayabaya Jakarta. Dalam paparannya, Sigit mengajukan beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh pemilih sebelum memutuskan untuk Golput. Pertanyaan pertama yang Sigit ajukan ialah apakah golput merupakan pilihan yang tepat dalam kondisi Indonesia kontemperer?
Sigit mengilustrasikan pelaku golput mungkin dapat disamakan dengan seseorang yang melihat suatu tindak kejahatan, punya kesempatan untuk menghentikan tapi ternyata hanya memilih diam. Ilustrasi tersebut bukan diartikan bahwa sedang terjadi kejahatan di negara ini, tapi Sigit menyebutkan bahwa di luar berbagai pencapaian yang telah diraih, masih memungkinkan untuk dilakukan pencapaian-pencapaian yang lebih tinggi oleh negara ini.
Sigit juga memaparkan bahwa telah terjadi pendangkalan terhadap makna golput itu sendiri. Pria yang masih tercatat sebagai dosen di juruasn Ilmu Politik UGM ini menjelaskan bahwa pada masa awal-awal pelaksanaan pemilu, golput merupakan gerakan politik untuk mengingatkan kepada penguasa saat itu untuk mengingatkan perbedaan.
“Penting untuk melakukan purifikasi agar istilah (golput) ini benar-benar bermakna. Tidak semua orang yang tidak datang (ke TPS) dilabeli golput” Ujar Sigit.
Pentingnya purifikasi makna golput tersebut agar makna golput itu tetap otentik dan tetap memiliki kekuatan moral.
“Sekarang golput tidak memiliki kekuatan moral” terang Sigit. “Sehingga perlu ada pelabelan lain untuk orang-orang yang tidak datang ke TPS dengan alasan teknis, administratif dan non ideologis”.
Senada dengan Sigit, Agus Ainurahman, Ketua Pelaksana Diskusi Panel dari Universitas Jayabaya menyatakan bahwa alasan diangkatnya tema golput dalam diskusi ini adalah untuk mengingatkan kepada para pemilih pemula bahwa golput bukan pilihan.
“Kita coba disini, mengangkat tema ini supaya kita bisa memberitahu bahwa golput bukan pilihan” ujar Agus.
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Angkatan Tahun 2014 ini juga menyerukan kepada generasi muda agar turut menggunakan hak pilihnya.
“Seharusnya sebagai mahasiswa atau anak muda kita ikut mencoblos calon peserta yang akan memimpin bangsa ini.” tambah Agus.(ftq/red.FOTO KPU/dosen/Hupmas)